CaraPenanganan Limbah Padat. Limbah padat merupakan suatu limbah yang paling banyak diproduksi oleh manusia. Hal ini karena sebagian besar suatu barang yang digunakan olah manusia adalah berbentuk fisik, sehingga ketika barang tersebut sudah dihabiskan sebuah nilai gunanya. Limbah padat ini juga sering dikenal dengan sebagai sampah.
TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3 Admin dlh 30 September 2019 137395 kali GIAT DLH Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain Penghasil Limbah B3 Pengumpul Limbah B3 Pengangkut Limbah B3 Pemanfaat Limbah B3 Pengolah Limbah B3 Penimbun Limbah B3 Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3. Gambar Limbah B3 Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-05/Bapedal/09/1995. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum fifty kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01l/Bapedal/09/1995. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-­01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan teknis pengangkutan. Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets MSDS yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang recycle, perolehan kembali recovery dan penggunaan kembali reuse limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan. Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut Metode Pengolahan secara Kimia, Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap koloid, logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan termoplastik. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur CaOH2, dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur CaOH2 atau natrium hidroksida NaOH dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > ten,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > nine,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [CrOH3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor FeSO4, SO2, atau Na2S2O5. Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA Nitrilo Triacetic Acid atau EDTA Ethylene Diamine Tetraacetic Acid, menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal. Metode Pengolahan secara Fisik Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi clarification atau pemekatan lumpur endapan sludge thickening dengan memberikan aliran udara ke atas air flotation. Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran reverse osmosis biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya. Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi. Insinerasi mengurangi book dan massa limbah hingga sekitar 90% volume dan 75% berat. Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di bidang transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilkan transport seperti pembuangan darat. Menghilangkan ten% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to-energy WTE juga memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi megawatt listrik sehari berharga $3 juta per tahun. Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas yang memberikan efek rumah kaca. Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open up pit, unmarried chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit of measurement. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. Metode Pengolahan secara Biologi Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3 Sumur dalam atau sumur injeksi deep well injection Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980. Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara. Landfilluntuk limbah B3 atau Secure Landfills Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam pulsate atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
Kitatahu bahwa sampah plastik termasuk dalam sampah anorganik yang sulit diurai oleh mikroorganisme, butuh waktu bertahun-tahun supaya plastik dapat terurai dan akhirnya menyatu dengan tanah. Proses pengolahan untuk produk kerajinan pada umumnya sebagai berikut. 1. Pemilahan Bahan Limbah Cara pengolahannya dengan proses sederhana dan
Pengelolaan Limbah B3 merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3 termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pelaku pengelolaan limbah B3 antara lain Penghasil Limbah B3 Pengumpul Limbah B3 Pengangkut Limbah B3 Pemanfaat Limbah B3 Pengolah Limbah B3 Penimbun Limbah B3 Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui pengolahan limbah B3. Gambar Limbah B3 Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-05/Bapedal/09/1995. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan. Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-01l/Bapedal/09/1995. Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi. Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor Kep-­01/Bapedal/09/1995 yang menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium, perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi. Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan teknis pengangkutan. Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets MSDS yang ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan. Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang recycle, perolehan kembali recovery dan penggunaan kembali reuse limbah B3 yang dlihasilkan ataupun bentuk pemanfaatan lainnya. Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan. Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999. Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut Metode Pengolahan secara Kimia, Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap koloid, logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar limbahnya. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi. Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur, dan bahan termoplastik. Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur CaOH2, dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. Gambar solidikasi/stabilisasi Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan larutan kapur CaOH2 atau natrium hidroksida NaOH dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [CrOH3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor FeSO4, SO2, atau Na2S2O5. Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat. Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi. Adanya complexing agent, misalnya NTA Nitrilo Triacetic Acid atau EDTA Ethylene Diamine Tetraacetic Acid, menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium. Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau diapungkan. Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent, meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya pengolahan menjadi mahal. Metode Pengolahan secara Fisik Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan terhadap bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap. Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi clarification atau pemekatan lumpur endapan sludge thickening dengan memberikan aliran udara ke atas air flotation. Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa. Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air buangan tersebut. Teknologi membran reverse osmosis biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal. Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah, sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali. Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya. Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah B3. Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil pembakaran tidak mencemari udara. Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara untuk memenuhi standar emisi. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% volume dan 75% berat. Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di bidang transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilkan transport seperti pembuangan darat. Menghilangkan 10% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi beban tekanan pada tanah. Rencana pembakaran waste-to-energy WTE juga memberikan keuntungan yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik yang dapat berkontribusi pada penghematan ongkos. Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat memproduksi megawatt listrik sehari berharga $3 juta per tahun. Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan instalasi pembakaran limbah. Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas yang memberikan efek rumah penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating value limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan. Metode Pengolahan secara Biologi Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem. Metode Pembuangan Limbah B3 Sumur dalam atau sumur injeksi deep well injection Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah dengan memompakan limbah tersebut melalui pipa ke lapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap di lapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Gambar Sumur Injection Pembuangan limbah B3 melalui metode ini masih mejadi kontroversi dan masih diperlukan pengkajian yang integral terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Data menunjukkan bahwa pembuatan sumur injeksi di Amerika Serikat paling banyak dilakukan antara tahun 1965-1974 dan hampir tidak ada sumur baru yang dibangun setelah tahun 1980. Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat. Kolam penyimpanan atau Surface Impoundments Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang diperuntukkan khusus bagi limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkonsentrasi dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara. Landfill untuk limbah B3 atau Secure Landfills Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus dengan pengamanan tingkat tinggi. Pada metode pembuangan secure landfill, limbah B3 dimasukkan kedalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalamlandfill yang didesain khusus untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landfill harus dilengkapi peralatan monitoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Metode secure landfillmerupakan metode yang memiliki biaya operasi tinggi, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah akan semakin menumpuk. sumber
Limbahgas merupakan limbah yang menggunakan media udara. Pada umumnya, udara mengandung unsur kimia O 2, N 2, NO 2, dan CO 2.. Terdapat dua jenis zat pencemar yang terdapat dalam limbah gas, yaitu partikel dan gas itu sendiri.Partikel dapat berupa butiran halus, tetapi masih bisa dilihat secara kasat mata, misalnya asap, debu, uap air, dan sebagainya.
Isu lingkungan merupakan isu yang kian hari kian marak dibicarakan publik. Karena publik semakin sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan. Salah satu pencemaran yang dapat merusak lingkungan adalah limbah B3. Oleh karena itu, pengelolaan limbah B3 menjadi fokus tersendiri di tengah masyarakat. Apa Itu Limbah B3? Limbah B3 merupakan singkatan dari limbah bahan beracun dan berbahaya, serta merupakan golongan limbah yang memiliki potensi besar untuk mencemari dan merusak lingkungan bahkan mampu membahayakan kesehatan. Karena sifatnya yang sangat membahayakan lingkungan dan kesehatan, limbah B3 ini harus mendapatkan penanganan dan pengelolaan secara khusus. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi risiko bahaya pada lingkungan dan kesehatan. Umumnya, tempat yang menghasilkan cemaran limbah B3 adalah rumah sakit, industri kimia, industri pangan dan industri kosmetik. Cara Penanganan Limbah B3 Karena tingkat acamannya yang tinggi, limbah B3 tidak bisa sembarangan ditangani seperti jenis sampah pada umumnya. Berikut ini adalah cara penanganan limbah B3 yang baik dan benar 1. Mengurangi Limbah B3 Penanganan limbah B3 pertama adalah dengan mengurangi cemaran limbah di sekitar Anda. Mengurangi limbah B3 dengan efektif dapat membantu kelestarian alam. Karena meskipun terdapat sistem pengelolaan limbah B3, residu hasil pengelolaan masih akan tertinggal dan tetap dapat membahayakan lingkungan. Pengurangan limbah B3 dapat Anda lakukan dengan mengganti bahan kerja menggunakan bahan lain yang tidak berpotensi menghasilkan limbah B3 dan ramah lingkungan. Sehingga, resiko pembuangan limbah akibat pengulangan pekerjaan akan berkurang secara konsisten. 2. Mengumpulkan Limbah B3 Limbah B3 juga harus melalui proses pengumpulan sebelum akhirnya melalui proses pengolahan. Pengumpulan limbah B3 juga tidak bisa sembarangan. Limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan konsistensinya, misalnya limbah padat berbahaya dan limbah cair berbahaya. Khusus untuk limbah cair, terdapat beberapa kategori tambahan lagi seperti limbah yang memiliki sifat asam dan limbah dengan sifat basa. Penggolongan ini penting karena limbah asam dan basa akan memiliki reaksi tertentu ketika bercampur. Bisa jadi, limbah akan berasap bahkan menimbulkan ledakan. 3. Menimbun Limbah B3 Melakukan penimbunan limbah B3 juga merupakan salah satu penanganan yang perlu dilakukan. Penimbunan ini memiliki beberapa tujuan. Pertama adalah agar limbah B3 tidak mencemari limbah-limbah lain yang tidak berbahaya. Tujuan kedua adalah agar pengolahan limbah berjalan efektif. Pengelolaan limbah B3 umumnya akan terjadi dalam skala yang besar. Sehingga, penggunaan energi pengolahan limbah bisa lebih efisien dan efektif. Penimbunan limbah B3 sendiri biasanya berada pada ruangan tertutup dan jauh dari pemukiman penduduk. 4. Memanfaatkan Limbah B3 Selain pengurangan, pengumpulan, penimbunan ternyata limbah B3 juga dapat melalui proses pemanfaatan. Hal tersebut tentunya sangat dianjurkan. Karena dapat mengubah barang berbahaya dan tidak berguna menjadi barang yang lebih berguna dan memiliki manfaat tersendiri bagi lingkungan. Beberapa limbah B3 dapat menjadi substitusi dari bahan tertentu. Selain itu, limbah B3 juga dapat bermanfaat sebagai bahan bakar hingga bahan bangunan. Hasil pembakaran limbah B3 adalah abu yang dikenal sebagai fly ash. Fly ash ini memiliki konsistensi seperti semen, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Namun, pemanfaatan limbah B3 ini tidak bisa sembarangan. Terdapat perusahaan atau lembaga khusus yang telah tersertifikasi dalam penanganan limbah B3 secara baik dan benar. Cara Pengelolaan Limbah B3 Selain ditangani, limbah B3 akan diolah agar dapat musnah dan tidak mengancam lingkungan serta kesehatan. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mengolah limbah B3 dengan baik dan benar A. Metode Termal Metode pertama dalam pengelolaan limbah B3 adalah termal. Sesuai dengan namanya, metode termal akan memanfaatkan panas yang tinggi. Panas tinggi tersebut berasal dari pembakaran yang telah tersistem, bukan dengan pembakaran sembarangan. Metode termal ini tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat menghancurkan bahan-bahan organik sepenuhnya. Sedangkan metode lain hanya mendetoksifikasi sebagian bahan organik. Namun sayangnya, metode termal ini memiliki residu asap yang berpotensi mencemari udara. 2. Metode Biologis Berikutnya metode biologis yang biasanya akan berguna untuk pengolahan limbah organik. Salah satu contoh limbah organik tersebut adalah limbah minyak. Metode biologis ini berdasarkan pada penguraian zat organik menggunakan mikroba atau bakteri tertentu. Bakteri memiliki enzim khusus yang dapat memecah residu minyak menjadi zat yang lebih sederhana dan dapat dengan mudah terurai di dalam tanah. Terkadang, ada juga bakteri yang telah melalui modifikasi DNA dan dapat menguraikan zat-zat tertentu. 3. Metode Kimia Selanjutnya adalah metode kimia. Metode kimia ini adalah metode yang melalui beberapa tahapan ilmiah secara sistematis. Beberapa perlakukan kimia yang dilakukan ketika mengelola limbah B3 adalah sistem oksidasi dan reduksi, serta pertukaran ion. Contoh nyata pengelolaan limbah B3 metode kimia terjadi pada residu sianida. Residu sianida dapat berubah menjadi senyawa yang tidak beracun yang tidak berpotensi mencemari lingkungan melalui proses pemisahan air secara kimiawi. Hasil pengolahan limbah sianida adalah air yang tentunya aman untuk lingkungan. Karena itu, layanan instalasi pengolahan air limbah menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan saat ini. Sehingga pengolahan air limbah industri dapat berjalan lebih optimal dan signifikan. 4. Metode Fisik Pengolahan limbah selanjutnya adalah dengan menggunakan metode fisik. Metode fisik ini berfokus pada proses modifikasi limbah secara fisik. Proses modifikasi tersebut antara lain adalah pengurangan volume limbah, modifikasi konsentrasi limbah, penguapan, pemadatan, dan lain sebagainya. Dari beberapa proses di atas, proses yang paling banyak dilakukan adalah pemadatan. Beberapa limbah yang melalui proses pemadatan antara lain adalah limbah aspal, limbah plastik, dan limbah beton. Proses pemadatan ini tentunya menggunakan mesin khusus untuk pemadatan limbah beracun dan berbahaya. Sudah Memahami Cara Pengelolaan Limbah B3 yang Tepat? Demikian ulasan tentang penanganan dan pengelolaan limbah B3. Menangani limbah B3 dengan baik dan tepat merupakan salah satu bentuk untuk menjaga kelestarian lingkungan. Lingkungan yang bersih pasti akan membuat hidup menjadi lebih sehat dan nyaman. Semoga bermanfaat!
PenangananLimbah Padat. Penanganan Limbah Padat - Limbah padat atau sampah yang dihasilkan bila tidak ditangani akan menimbulkan banyak masalah pencemaran. Berikut beberapa metode pengolahan limbah pada yang telah umum diterapkan. A. Penimbunan. Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka atau open dumping dan metode sanitary landifill. wayudewi wayudewi Biologi Sekolah Menengah Atas terjawab • terverifikasi oleh ahli Iklan Iklan ahmadsyaflihudin ahmadsyaflihudin TIDAK MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN MENGURANGI LIMBAH PABRIKHENTIKAN POLUSI DARI KENDARAAN BERMOTOR Iklan Iklan Maulino Maulino Menyaring asap limbah pabrik sebelum di buang ke membuang sampah susah terurai di DLM tanah Iklan Iklan Pertanyaan baru di Biologi mimpi basah apakah termasuk pmo? plis bantu aku​ sertakan alasan jawaban yaa kak,pointnyaa banyaakk​ Perhatikan gambar berikut Sifat anakan yang dihasilkan dari perbanyakan tanaman dengan teknik seperti pada gambar adalah........ Sampel jaringan dar … i tanaman dewasa dikultur Kuncup Batang Sampel jaringan Daun Akar Kultur menghasilkan tanaman baru Terbentuk kalus yang belum terdiferensiasi Kalus Kalus dipisahkan, sel tunggal dikultur Sumber dokumen penerbit​ 8. Dari permukaan air laut, sinyal bunyi dikirim ke dasar laut. Sinyal tersebut diterima kembali setelah 12 sekon. Jika cepat rambat bunyi dalam air a … dalah m/s, maka kedalaman laut di tempat itu adalah ... m. A. B. C. D. 161​ In what way is the skeleton a storehouse? Sebelumnya Berikutnya Iklan Metodedan Cara Penanganan Limbah Padat. Ada beberapa cara metode penanganan limbah padat yang bisa diolah menjadi pupuk salah satunya. Berikut dibawah ini sebuah penjelasannya: 1. Metode Cara Sebuah Composting. Metode ini merupakan suatu cara penanganan limbah padat yang berjenis organik diolah menjadi pupuk kompos melalui proses fermentasi.

Setelah kita pelajari tentang masalah lingkungan, polusi serta damapak dari perubahan lingkungan, ada baiknya kita juga harus pelajari tentang limbah dan cara penanggulangan limbah. Limbah adalah sisa dari bahan yang dikonsumsi oleh manusia. Limbah juga dapat merupakan sisa-sisa metabolisme hewan ataupi tumbuhan. Macam Limbah Berdasarkan sifat kimianya, limbah dibedakan menjadi Limbah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, misalnya. serasah daun, bangkai hewan, kotoran hewan, feses manusia, dan mayat manusia. Limbah anorganik berasal dari senyawa-senyawa kimia. misalnya limbah pabrik, iimbah pertanian, limbah perikanan. dan limbah rumah sakit. Berdasarkan sifat fisikanya, limbah dibedakan menjadi Limbah padat, dapat berupa sisa-sisa makhluk hidup, limbah domestik, limbah dari pabrik yang berupa bahan padat. Limbah cair, biasanya berupa bahan yang terlarut dalam air, dapat berupa sisa-sisa metabolisme seperti urine, limbah cair baik dari pabrik maupun dari rumah sakit. Limbah gas, dapat berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik, asap gunung berapi, dan kebakaran. Berdasarkan asalnya Berdasarkan asalnya, limbah dapat dibedakan menjadi tiga macam,yaitu limbah domestik, limbah pabrik, dan limbah pertanian. Limbah Domestik Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari rumah tangga, dapat berupa limbah organik ataupun limbah anorganik. Contoh limbah organik adalah daun dan bangkai hewan. Adapun contoh limbah anorganik adalah plastik dan kaleng. Selain itu, limbah domestik juga dapat berasal dari air bekas mencuci yang mengandung detergen. Limbah Pabrik Limbah pabrik adalah sampah atau bahan buangan dari pabrik, biasanya mengandung bahan-bahan kimia tertentu. Contohnya, limbah pabrik kertas mengandung bahan kimia pemutih kertas I dan limbah pabrik tekstil mengandung bahan kimia pewama kain. Sebelum dibuang ke lingkungan, misalnya ke sungai, limbah pabrik haras diolah dahulu agar tidak mencemari lingkungan. Apabila masuk ke aliran sungai, bahan kimia tertentu yang bersifat tidak larat misalnya, DDT akan masuk ke aliran sungai juga dapat menyebabkan air sungai menjadi keruh dan berbau [ busuk sehingga tidak layak lagi untuk digunakan. Limbah pabrik yang termasuk B3 bahan beracun berbahaya, misalnya kadmium Cd, merkuri Hg, dan arsenik Ar, dapat menimbulkan kematian organisme. limbah pertanian digunakan dalam pertanian. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama tanaman, misalnya serangga. . siput. dan tikus. Pestisida ada banyak macamnya. Berdasarkan jenis hamanva. pestisida dibedakan menjadi akarisida untuk laba-laba dan kutu. insektisida untuk serangga, mitisida untuk tungau, moluskisida untuk cacing dan siput, rodentisida untuk tikus dan hewan pengerat lainnya, fungisida untuk jamur. serta herbisida untuk gulma. Apapun berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibedakan menjadi pestisida jenis senyawa organofosfat, yang memengaruhi fungsi saraf dengan jalan menghambat kerja kolinesterase bahan kimia penting untuk menghantarkan impuls saraf. pestisida jenis racun kontak, yang membunuh hama begitu hama kontak dengan pestisida tersebut, misalnya fumigan pestisida berbentuk uap/gas untuk membunuh hama yang dapat terbang; pestisida sistemik, yang diserap oleh tanaman dan menye- babkan kematian hama yang memakan tanaman tersebuL tetapi biasanya digunakan untuk membasmi gulma pestisida organoklorin, yaitu bahan kimia yang tidak mudah larut atau sukar terurai, baik dalam tanah maupun dalam tubuh organisme, misalnya aldrin, endrin, dan bahan-bahan kimia dalam pertanian akan berdampak pada tanah dan perairan di sekitar areal pertanian tersebut. Selain itu, jika penggunaan bahan-bahan kimia tersebut tidak sesuai melebihi dosis, akan mengakibatkan resistensi pada hama, pencemaran tanah, matinya hewan-hewan lain yang bermanfaat, dan akumulasi pupuk kimia dalam tanah yang akan mengganggu penyerapan unsur-unsur hara oleh tanaman. Usaha Manusia Menangani Limbah Selain mencemari lingkungan, banyaknya limbah di permukaan bumi, baik di tanah maupun di perairan, juga menimbulkan bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, usaha-usaha yang dapat dilakukan. antara lain mengolah limbah secara langsung atau tanpa didaur ulang dan mengolah limbah dengan didaur ulang. 1. Pengolahan Limbah tanpa Didaur Ulang Pengolahan limbah tanpa didaur ulang dapat dilakukan dengan cara membakar sampah di tempat pembuangan sampah sandfill; membuang sampah dalam lubang dan menimbunnya dengan tanah landfill; mengolah botol plastik bekas kemasan air minum menjadi hiasan atau mainan anak-anak; memanfaatkan daun, bunga, dan ranting kering sebagai hiasan atau suvenir; memanfaatkan kotoran hewan sebagai pupuk tanaman; memanfaatkan limbah bulu ayam sebagai alat rumah tangga; mengolah kaleng bekas menjadi peralatan rumah tangga; mengolah ban bekas menjadi kursi, sandal, atau sepatu. 2. Pengolahan Limbah dengan Cara Didaur Ulang Pengolahan limbah dengan cara didaur ulang dapat dilakukan pada sampah atau limbah organik ataupun anorganik. Contoh sampah atau limbah anorganik dan organik yang dapat didaur ulang, antara lain plastik bekas didaur ulang menjadi alat-alat rumah tangga, misalnya ember, atau mainan anak-anak; kertas bekas didaur ulang menjadi kertas daur ulang, sampul buku, kotak surat, bingkai foto, atau kotak pensil; serbuk gergaji kayu didaur ulang menjadi tripleks atau multi- pleks untuk membuat lemari pakaian, rak buku, atau meja; sisa-sisa tumbuhan atau hewan diolah menjadi kompos. Produk Daur Ulang Limbah Contoh Produk Daur Ulang Limbah Limbah yang melimpah ternyata tidak semuanya merugikan. contohnya limbah dari bekas kemasan aneka makanan dan minuman dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dengan sedikit kreativitas, botol bekas kemasan minuman dapat ’’disulap” menjadi aneka produk yang bermanfaat. Selain bekas kemasan aneka makan dan minuman, serasah dari tumbuhan dapat juga dimanfaatkan untuk membuat aneka macam hiasan. Pemanfaatan bagian dari tubuh hewan dan tumbuhan dapat dijadikan suatu produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bulu Ayam Bulu ayam potong biasanya, hanya dibuang di tempat pemotongan hewan tersebut. Bulu-bulu ayam ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat kemoceng. Pemilihan bulu yang baik akan menghasilkan kemoceng yang baik. Selain itu, bulu ayam juga dapat digunakan untuk membuat bola dalam permainan bulu tangkis kok. Merang Tanaman padi yang sudah dipanen, batang padi merang akan menumpuk. ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat sapu, kuas untuk mengecat tembok, Merang juga dapat dimanfaatkan untuk bahan baku membuat kertas buram. Kertas buram dapat diolah dan diputihkan bleaching menjadi kertas HVS. Batok dan Sabut Kelapa Di daerah pedesaan, batok kelapa banyak dimanfaatkan untuk membuat gayung, tempat minum jamu serta dibuat sendok sayur. Sekarang batok kelapa sudah dimanfaatkan sebagai aksesori pakaian. yaitu dibuat aneka kancing dengan berbagai bentuk dan dahulu sabut kelapa sudah banyak dimanfaatkan untuk membuat pengesat kaki keset. Dari Tubuh Hewan Di Pulau Bali, tulang hewan banyak dimanfaatkan untuk membuat cincin dan vas bunga. Tulang hewan diukir dan diawetkan sehingga tidak bau amis. Cincin dan vas bunga dari tulang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan tulang yang tidak dimanfaatkan. Cangkang berbagai hewan laut, banyak dibuat aneka hiasan, kotak perhiasan sampai kap lampu, bahkan ada yang dibuat se-bagai gorden. Selain itu, cangkang hewan ini juga dapat dirangkai menjadi patung hewan/tumbuhan yang memiliki nilai jual. Sisik ikan ternyata dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai jual tinggi seperti yang dilakukan oleh salah seorang perancang busana yang menambahkan sisik ikan pada busana hasil rancangannya tersebut. Demikian penjelasan yang bisa kami sampaikan tentang Pengertian Dan Cara Penanganan Limbah Terlengkap. Semoga postingan ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa dijadikan sumber literatur untuk mengerjakan tugas. Sampai jumpa pada postingan selanjutnya. Baca postingan selanjutnya Dampak Perubahan, Prinsip-Prinsip Dan Etika Lingkungan Pengertian Keseimbangan Lingkungan Interaksi Antar Ekosistem Terlengkap Penjelasan Ekosistem Terestrial Daratan Terlengkap Macam-Macam Ekosistem Lengkap Dengan Ciri-Cirinya Pengertian Dan Ruang Lingkup Ekologi

masingmasing, kecuali yang tidak terpisah atau dalam kelompok/blok, dan • Manfaatnya dapat dirasakan segera, yaitu: (1) Jamban bersih (2) Saluran air hujan tidak lagi dibuangi limbah air cucian, tidak lagi selalu tergenang. Aliran limbah air cucian kecil pada musim kemarau setiap harinya, yang biasanya anak Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali… A. Pengomposan B. Penumpukan - 11 Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali ….. 12 Berikut yang bukan - PENGOLAHAN/PENANGANAN LIMBAH 11 Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali ….. 12 Berikut yang bukan - Tugas e Pak Mardi IPA + jawaban Blog e Sadizt 11 Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali ….. 12 Berikut yang bukan - Empat cara mengelola limbah masker dan APD selama pandemi COVID-19. Mana yang lebih efektif? Yuk, Mengolah Limbah Keras yang Ada di Rumah! - Direktorat SMP Penanganan Limbah Industri Pangan Tugas e Pak Mardi IPA + jawaban Blog e Sadizt PENGELOLAAN AIR LIMBAH Teknik Sipil Penanganan Limbah Industri Pangan Penanganan Limbah Industri Pangan Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil Dengan Sistem Lumpur Aktif Tahukah Kamu Cara Mengolah Limbah? KONSEP DASAR PENGOLAHAN LIMBAH - ppt download Penanganan Limbah Industri Pangan Soal Biologi Pengolahan Limbah Pilihan Ganda dan Kunci Jawaban - Muttaqin id PENANGANAN LIMBAH. - ppt download PDF Pedoman Pengolahan Air Limbah Industri Pengolahan Ikan di Indonesia Penanganan limbah padat, ipa Dasar Pengelolaan Limbah Secara Fisik - e-Learning Sekolah … PENANGANAN LIMBAH. - ppt download PENGELOLAAN LIMBAH MAKANAN - ppt download Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan Aerob PDF PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA DENGAN SISTEM PENYARINGAN SEDERHANA Buatlah Sebuah Contoh Tindakan Dalam Pengolahan Limbah Lunak Anorganik - Barisan Contoh Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah Teknologi Milenial Pengurai Limbah Cair Teknologi F-Java Blog LIMBAH PADAT Pengelolaan limbah Industri padat - ppt download Proses dan Cara Pengolahan Limbah Rumah Tangga Sanitasi Topik Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya Tujuan 1. Mahasiswa memahami sumber-sumber dan macam-macam limbah cair 2. Maha BAB II TINJAUAN PUSTAKA PengertianLimbah danLimbah Cair Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan atau Makalah pengolahan air limbah Pengertian Pengolahan limbah cair primer Soal IPA Kelas 11 SMA/MA/SMK 2021 dan Kunci Jawabannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA PengertianLimbah danLimbah Cair Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan atau PENANGANAN LIMBAH Science Quiz - Quizizz Yang Kalian Harus Ketahui Tentang Pencemaran oleh Limbah Cair! - Indonesia Environment & Energy Center 5 Cara Mengolah Air Limbah Rumah Tangga - Adika Tirta Daya Penanganan Limbah Moral Science Quiz - Quizizz PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA DENGAN TEKNIK DECOUPAGE DI DESA MEUNASAH MESJID PUNTEUT KEC. BLANG MANGAT KOTA LHOKSE Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil Dengan Sistem Lumpur Aktif Sistem Pengolahan Air Limbah secara Biologis Empat cara mengelola limbah masker dan APD selama pandemi COVID-19. Mana yang lebih efektif? Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Grey Water dan Black Water - Adika Tirta Daya Jenis-jenis Pengolahan Limbah BAB II TINJAUAN PUSTAKA PengertianLimbah danLimbah Cair Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan atau Review 5 Pertanyaan Mengenai Pengolahan Limbah Cair Terpusat PDF Teknologi Pengolahan Limbah Tahu-Tempe Dengan Proses Biofilter Anaerob Dan Aerob PENGHILANGAN AMONIAK DI DALAM AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN PROSESMOVING BED BIOFILM REACTOR MBBR SOAL PRAKARYA KUIS 3 Life Skills Quiz - Quizizz Buatlah Sebuah Contoh Tindakan Dalam Pengolahan Limbah Lunak Anorganik - Barisan Contoh Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah Yang Kalian Harus Ketahui Tentang Pencemaran oleh Limbah Cair! - Indonesia Environment & Energy Center Untitled Empat cara mengelola limbah masker dan APD selama pandemi COVID-19. Mana yang lebih efektif? Pengertian Limbah Padat, Macam, Sifat, Sumber dan Pemrosesan KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN LIMBAH B3 BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 2014 Sapto Wahyono Fakultas Hukum Universita Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit PERENCANAAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DENGAN SISTEM TERPUSAT Teknologi Pengolahan Limbah Tekstil Dengan Sistem Lumpur Aktif √ Cara Efektif Penanganan Limbah Padat Pembahasan Lengkap Pengertian Limbah Padat, Macam, Sifat, Sumber dan Pemrosesan Untitled MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH - ppt download Solusi Alternatif Pengolahan Limbah Tekstil Kalimantan - Institut Teknologi Kalimantan Teknik Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit 10 Cara Penanganan Limbah Cair - Indonesia Environment & Energy Center Pengertian Limbah Padat, Macam, Sifat, Sumber dan Pemrosesan Teknologi Milenial Pengurai Limbah Cair Teknologi Ilmu Pengetahuan Alam SMK - ppt download Metode Pengolahan Air Limbah Terbaik Contoh dan Manfaat - Sindunesia Apa Itu Limbah Medis dan Bagaimana Cara Menanganinya? KAJIAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN CAIR INDUSTRI TAHU KEBIJAKAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 Pengolahan Limbah Cair, Metode Pengolahan Limbah Cair - Blog Operator Sekolah Pengertian Limbah Padat, Macam, Sifat, Sumber dan Pemrosesan Seberapa Pentingkah P3K di Tempat Kerja? - Synergy Solusi Indonesia KUALITAS LIMBAH DOMESTIK DAN PARTISIPASI MASYARAIU ..T YANG PEDULI LINGKUNGAN DI PERUMAHAN PERMATA DEPOK KLASTER MIRAH 1DAN 2 Makalah pengolahan air limbah SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR “LIMBAH DAPUR” PT. PP – DSLNG PROJECT ” GREEN INOVATION. - ppt download PAPARAN 0 Pengolahan limbah cair industri tekstil dengan menggunakan kombinasi senyawa aktif tanaman dan arang aktif dari limbah kelapa Teknologi Pengolahan Air Limbah - Indonesia Environment & Energy Center PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS SERTA PENGETAHUAN, SIKAP, TINDAKAN PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN TAHUN 2018 SKRI INOJR0605 MAMMINASATA ULANGAN HARIAN Kerajinan Bahan Limbah Lunak Quiz - Quizizz Analisis Perbandingan Biaya Pengelolaan Limbah Medis Padat Antara Sistem Swakelola dengan Sistem Outsourcing di Rumah Sakit Kank Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan Course Hero Limbah Anorganik Pengertian, Jenis, dan Cara Mengolah Dasar dasar teknik dan pengelolaan air limbah 2 Cara Membuat Biogas Sederhana di Rumah, Hemat dan Mudah PDF Pedoman Pengolahan Air Limbah Industri Pengolahan Ikan di Indonesia PEMANFAATAN BIJI PEPAYA Carica papaya L. SEBAGAI BIOKOAGULAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK NURUL HIDAYATI AIRUN Empat cara mengelola limbah masker dan APD selama pandemi COVID-19. Mana yang lebih efektif? Contoh Limbah Industri dan Cara Menanggulanginya - Indonesia Environment & Energy Center Kerajinan Bahan Limbah Keras Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Pengolahan Limbah Keras - Mobile Penanganan limbah Limbah merupakan sisa atau buangan proses produksi berupa cairan atau padatan dapat menyebabkan gangguan secara langsung maupun tidak. - ppt download Berikutini termasuk cara penanganan limbah secara sederhana kecuali 2 Lihat jawaban
10cara penanganan lmbah cair. Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel tersusensi dari air. Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara membuang dan memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air. Limbah cair memiliki penanganan yang berbeda dengan limbah padat, sebab bentuknya yang berbeda.
Berikuttermasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali - 27022768. raihandiagusti raihandiagusti 23.02.2020 Biologi Sekolah Menengah Pertama terjawab Berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana, kecuali A. Pengomposan B. Penumpukan C. Produksi biogas D. Pembakaran E. Sanitary landfill 2 Lihat jawaban Iklan
2aFVOo.
  • xm726y5sjn.pages.dev/347
  • xm726y5sjn.pages.dev/625
  • xm726y5sjn.pages.dev/890
  • xm726y5sjn.pages.dev/992
  • xm726y5sjn.pages.dev/275
  • xm726y5sjn.pages.dev/37
  • xm726y5sjn.pages.dev/986
  • xm726y5sjn.pages.dev/605
  • xm726y5sjn.pages.dev/383
  • xm726y5sjn.pages.dev/777
  • xm726y5sjn.pages.dev/253
  • xm726y5sjn.pages.dev/104
  • xm726y5sjn.pages.dev/290
  • xm726y5sjn.pages.dev/321
  • xm726y5sjn.pages.dev/336
  • berikut termasuk cara penanganan limbah secara sederhana kecuali